Home » » Wahai Saudaraku, Mengapa Engkau Masih Saja Mengeluh ???

Wahai Saudaraku, Mengapa Engkau Masih Saja Mengeluh ???

Written By NurulHuda on Senin, 06 Februari 2012 | Senin, Februari 06, 2012


Sebagian dari kita barangkali masih sering mengeluhkan tentang kesempitan rizqi yang menimpanya. Sudah berusaha cari ke sana ke mari ternyata ia merasa bahwa rizqi nya begitu sempit. Bahkan, ada juga di antara kita yang – na’udzubillah – sampai menganggap buruk terhadap taqdir Allah tersebut, dalam artian ia seolah-olah tidak ridho dengan apa yang menimpanya tersebut.

Padahal, bisa jadi apa yang menimpanya tersebut justru disebabkan karena dirinya sendiri. Bisa jadi ia pada dasarnya adalah seorang yang memiliki fisik yang kuat dan sehat, tapi ia hanya sekedar ingin mendapatkan rizqi yang banyak dengan hanya sedikit usaha. Ia justru tidak melihat bahwa bumi Allah ini begitu luas. Bukankah seekor burung yang keluar di pagi hari telah Allah beri rizqi padanya sehingga burung tersebut pulang ke sarangnya di sore hari dalam keadaan perutnya telah terisi makanan ?

Jikalau demikian keadaannya pada burung, maka semestinya justru manusia bisa lebih baik dari burung tersebut dikarenakan bentuk fisik manusia jauh lebih sempurna dibandingkan dengan burung. Oleh karena itu, hendaknya kita tidak lekas putus asa dari rohmat Allah. Semoga artikel ringkas ini bermanfaat untuk menyadarkan diri kita masing-masing.

Faedah ini saya dapatkan secara makna dari rekan ta’lim beberapa waktu yang lalu saat membahas tentang syukur. Hanya saja, saya tidak disebutkan siapa nama ‘ulama yang ditanya tersebut. Yang jelas, kisah ini adalah nyata dan bukan rekaan sebagaimana para tukang dongeng yang senang membuat cerita-2 rekaan (dusta) meskipun mereka menyangka bertujuan baik (yakni memberikan ibroh).

Kurang lebih secara makna begini :

Suatu ketika ada seorang ‘ulama ditanya oleh seorang pemuda yang merasa putus asa dari rohmat Allah Ta’ala dikarenakan kekurangan harta/rizqi yang ia rasakan.

Ketika itu, Syaikh lalu bertanya kepada pemuda tersebut: “Wahai anakku, maukah engkau kuberi 100 dinar tapi kedua matamu aku buat jadi buta?”

Sang pemuda menjawab: “Tentu tidak ya Syaikh. Apalah arti 100 dinar dibandingkan kedua mata saya ini?”

Syaikh bertanya lagi: “Kalau begitu, bagaimana kalau kedua tanganmu saja sebagai gantinya?”

Sang pemuda menjawab: “Juga tidak ya Syaikh. Apalah arti 100 dinar dibandingkan kedua tangan saya ini?”

Syaikh bertanya lagi: “ Kalau begitu, bagaimana kalau kedua kaki mu saja?”

Sang pemuda menjawab: “Juga tidak ya Syaikh. Apalah pula arti 100 dinar dibandingkan kedua kaki saya ini?”

Kemudian Syaikh mengatakan secara makna:

“Wahai anakku, ternyata engkau adalah orang yang telah Allah anugerahkan kenikmatan yang sangat banyak. Bagaimana mungkin engkau tolak tawaran 300 dinar sementara engkau masih mengeluh?”

Catatan: 1 dinar adalah 4.25 gram emas sekitar Rp 1,8 juta.

Semoga bisa diambil faedah, agar kita senantiasa bersyukur atas segala nikmat Allah Ta’ala, dan juga jangan mudah berputus asa. Bila kita mau memperoleh jalan keluar atas semua permasalahan yang kita hadapi, maka jagalah syariat Allah.



SUMBER
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

SEMUA TULISAN / ARTIKEL DALAM BLOG INI HANYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN ( IHTIBAR ) KARENA ORANG PINTAR ADALAH ORANG YANG MERASA DIRINYA BODOH SEHINGGA TIDAK BERHENTI MEMBACA DAN BELAJAR

 

Copyright © 2014 Nurulhuda Gorontalo - All Rights Reserved

Design By @OnaldBau