Ini adalah cuplikan kisah tentang seorang pemuda yang menjadi ahli sufi yang berhati emas ( mulia ) yang bernama Abu ‘Utsman Al Hiri.
Beliau pernah berkata: “Selama empat puluh tahun, betapa pun keadaan yang ditakdirkan Allah kepadaku, tak pernah kusesali, dan betapapun Dia merubah keadaanku, tak pernah membuatku marah.”
Kisah berikut ini merupakan bukti kebenaran kata-kata Abu ‘Utsman al-Hiri di atas. Seseorang yang tidak mempercayai kata-kata beliau, mengirimkan sebuah undangan kepadanya. Undangan itu diterima oleh Abu ‘Utsman al-Hiri, maka beliau pun pergilah ke rumah orang itu. Tetapi sesampainya di sana orang itu berteriak kepadanya : “Wahai manusia rakus! Di sini tidak ada makanan untukmu. Pulang sajalah!.”
Abu ‘Utsman al-Hiri beranjak meninggalkan tempat itu tetapi belum jauh ia melangkah orang tadi berteriak memanggilnya : “Syeikh, kemarilah!.”
Abu ‘Utsman al-Hiri berbalik tetapi orang itu terus menggodanya : “Engkau sangat rakus. Tidak pernah merasa cukup. Pergilah dari sini!.”
Si Syeikh pun pergi meninggalkan tempat itu. Orang itu memanggilnya lagi dan Abu ‘Utsman al-Hiri pun menghampirinya pula.
“Makanlah batu atau pulang sajalah!.”
Sekali lagi Abu ‘Utsman al-Hiri beranjak pergi. Tiga puluh kali orang itu memanggil dan mengusirnya, dan tiga puluh kali pula Syeikh Abu ‘Utsman al-Hiri datang dan pergi tanpa sedikit pun menunjukkan kejengkelan hatinya. Akhirnya orang itu berlutut di depan Abu ‘Utsman al-Hiri, dengan air mata bercucuran ia meminta maaf kepadanya. Dan sejak itu ia menjadi murid Abu ‘Utsman al-Hiri.
“Engkau benar-benar manusia yang sangat kuat!” Katanya kepada Abu ‘Utsman al-Hiri. “Tiga puluh kali engkau kuusir dengan kasar tetapi sedikit pun engkau tak menunjukkan kemangkelan hatimu.”
Abu ‘Utsman al-Hiri menjawab merendah: “Hal itu adalah sepele. Anjing-anjing juga berbuat seperti itu. Apabila anjing-anjing itu engkau usir mereka pun pergi dan apabila engkau panggil mereka pun datang tanpa sedikit pun menunjukan rasa jengkal. Sesuatu hal yang dapat dilakukan anjing, sama sekali tidak ada artinya. Lain halnya dengan perjuangan manusia.”
oooOOOooo
Pada suatu hari Abu ‘Utsman al-Hiri sedang berjalan-jalan menjelajahi sepanjang jalanan, tiba-tiba seseorang dari loteng sebuah rumah menumpahkan senampan abu yang jatuh tepat ke atas kepalanya. Menyaksikan kejadian itu sahabat-sahabat Abu ‘Utsman al-Hiri marah dan hendak menyerang, tetapi segera dicegahnya.
“Kita harus bersyukur seribu kali karena kita yang seharusnya dihukum dengan api dibebaskan dengan abu.”
0 komentar :
Posting Komentar