Home » » Makna Shalat

Makna Shalat

Written By NurulHuda on Kamis, 13 Desember 2012 | Kamis, Desember 13, 2012


Bagi kanjeng Rasulullah SAW, Shalat adalah Cahaya Mata [qurrata a’yun], sebagaimana sabda beliau :
“dosa-dosa manusia, saat dia melaksanakan shalat, akan jatuh berguguran laksana daun pohon yang berguguran. Shalat adalah cahaya mataku dan bagiku shalat adalah laksana makanan bagi orang lapar dan air bagi orang yang haus. Sekalipun orang yang lapar dan haus akan merasa kenyang, tetapi aku tidak pernah merasa kenyang [atas shalat].”

Beberapa ulama besar terdahulu memaknai shalat sebagaimana terurai singkat di bawah ini.

Syekh Muhammad Al Haritsi Al Makki dalam kitab Qut al Qulub fi Mu’amalah Al Mahbub wa Washf Thariq Al Murid ila Maqam Al Tauhid, bagi orang yang mengenal Allah SWT [‘Arif], setiap ucapan dalam shalatnya mengarah pada 10 tingkatan [maqam] dan penyaksian [musyahadah] kepada Allah SWT yaitu :(1) mengimani [Iman], (2) berserah diri [Islam], (3) bertobat [taubah], (4) bersabar [shabr], (5) ridha [ridha], (6) takut [khauf], (7) berharap [raja’], (8) bersyukur [syukr], (9) mencintai [mahabbah],(10) bertawakal kepadaNya [tawakkal].

Kesepuluh makna ini merupakan tingkatan-tingkatan keyakinan. Semua makna ini terkandung di dalam setiap kata yang dipersaksikan oleh orang yang akrab dan bermunajat kepadaNya serta diketahui oleh orang yang berilmu dan memahami arti kehidupan. Itu karena ucapan Kekasih dapat membangkitkan dan menggairahkan hati, yang hanya disadari oleh orang yang hidup, dan hanya dihidupkan oleh orang yang memenuhi seruan.

“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir.” QS Yaasin : 69-70.
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu..” QS Al Anfal : 24.

Apabila seseorang khusyuk dalam shalatnya, hatinya akan menyaksikan bahwa dia sedang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam pada hari yang setara dengan 5000 tahun di dunia. Lalu, dia merasakan kehadirannya di hadapan Tuhan Yang Maha Perkasa. Hal itu karena ia tidak termasuk orang-orang yang lalai. Hal gaibpun menjadi hadir baginya dan dia segera mengagungkan Tuhan Yang Maha Hadir. Dirinya disibukkan dengan mengagungkan Tuhan Yang Maha Dekat dan diliputi ketakutan kepada Tuhan Yang Maha Mengawasi.

Apabila seseorang yang shalatnya khusyuk ini berdoa, dia memandang Tuhan kepadaNya doa itu dipanjatkan, sehingga dia mulai memuliakan dan memujiNya dan lupa pada hajat duniawinya. Dia melupakan dirinya karena perhatiannya hanya tertuju pada Tuhannya, dan melupakan permohonannya karena berusaha untuk memujiNya dengan cara sebaik-baiknya.

Kanjeng Sunan Bonang dalam Suluk Wujil bait bait 12-13, memaknai shalat sebagai berikut :
Utamaning sarira puniki, Angawruhana jatining shalat, Sembah lawan pamujine, Jatining shalat iku, Dudu ngisa tuwin magerib, Sembahyang araneka, Wenange punika, Lamun arana shalat, Pun minangka kekembanging shalat dhaim, Ingaran tata karma
Endi ingaran sembah sejati, Aja nembah yen tan katingalan, Temahe kasor kulane, Yen sira nora weruh, Kang sinembah ing donya iki, Kadi anulup kaga, Punglune den sawur, Manuke mangsa kenaa, Awekasa amangeran adan sarpin, Sembahe sia-sia


Artinya :
Unggulnya diri itu, Mengetahui hakikat shalat, Sembah dan pujian, Shalat yang sebenarnya itu, Bukan mengerjakan shalat Isya' dan Magrib, Itu namanya sembahyang, Apabila itu disebut shalat, Maka hanyalah hiasan dari shalat dhaim, Hanyalah tata krama
Manakah yang disebut shalat yang sesungguhnya itu ?, Janganlah menyembah, Jikalau tak mengetahui siapa yang disembah, Akibatnya dikalahkan oleh martabat hidupmu, Jika di dunia ini, Engkau tidak mengetahui siapa yang disembah, Maka engkau seperti menyumpit burung, Pelurunya hanya disebarkan, Tapi burungnya tak ada yang terkena tembakan, Akibatnya cuma menyembah ketiadaan, Suatu sesembahan yang sia-sia
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

SEMUA TULISAN / ARTIKEL DALAM BLOG INI HANYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN ( IHTIBAR ) KARENA ORANG PINTAR ADALAH ORANG YANG MERASA DIRINYA BODOH SEHINGGA TIDAK BERHENTI MEMBACA DAN BELAJAR

 

Copyright © 2014 Nurulhuda Gorontalo - All Rights Reserved

Design By @OnaldBau