Home » » Kisah Inspirasi : Dimana Pertolongan Allah

Kisah Inspirasi : Dimana Pertolongan Allah

Written By NurulHuda on Rabu, 24 Juli 2013 | Rabu, Juli 24, 2013



Seorang sahabat bertanya sambil mengeluh.

“Dimana keadilan Allah?” tandasnya. “Sudah lama aku memohon dan meminta pada Allah satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala kataatan padaNya. Kujauhi segala larangan, kutegakkan yang wajib, kulakukan yang sunnah dan kutebarkan shodaqoh. Aku berdiri di waktu malam. Aku bersujud di kala dhuha. Aku baca KalamNya dan aku upayakan sepenuh kemampuan mengikuti jejak RasulNya. tapi hingga kini ALLAH belum kabulkan harapanku itu. Sama sekali.”
Saya menatapnya sejenak dan tertunduk sedih.
“Padahal, ada teman lain yang aku tahu ibadahnya berantakan. Solat wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji. Semua yang dia minta didapatkan. Dimana keadilan Allah?”
Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk manghakiminya. Saya bisa saja mengatakan “Kamu sombong. Kamu angkuh. Kamu terlalu bangga dengan ibadahmu. Kamu menganggap rendah orang lain dan tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana iblis yang telah terlena! Jangan heran kalau doamu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan amalmu. Nilai dirimu hanya bagaikan debu-debu beterbangan. Mungkin teman yang kau rendahkan jauh lebih tinggi kedudukannya di sisi ALLAH karena dia merahasiakan amal sholihnya!”
Saya bisa saja mengucapkan itu semua sambil menghakiminya.
Tapi saya sadar. ini ujian dalam rangkaian ukhuwah. maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih bermakna baginya daripada sekedar membuatnya insyaf tapi sekaligus terluka. Saya khawatir, luka itu akan membuatnya bertahan lebih lama daripada kesadarannya.
Maka saya katakan padanya,
“Pernahkan engkau di datangi pengamen?”
“M aksudmu?”
“ya,pengamen,” lanjut saya dengan senyum, “pernah?”
“iya. Pernah” wajahnya serius. matanya menatap saya lekat-lekat.
“Bayangkan jika pengamennya adalah seorang yang berpenampilan seram, bertato, bertindik, dan wajahnya seram mengerikan. Nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, parau, dan sumbang.
Lagunya malah menyesakkan hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kamu lakukan?”
“Segera kuberi uang,” jawabnya, “Biar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi.”
“Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, mirip dengan suara indah Ebit G.Ade atau sam bimbo yang kamu suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi; apa yang kamu lakukan?”
“Kudengarkan, kunikmati hingga akhir lagu,” dia menjawab sembari memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu. “Lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. dan lagi”
Saya tersenyum.
Dia pun tersenyum.
“Kamu mengerti kan?” tanya saya.
“Bisa saja Allah juga berlaku begitu pada kita, hamba-hambaNya. Jika ada manusia yang fasik, keji, mungkar, banyak dosa, dan dibenciNya berdoa memohon padaNya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat : Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risih mendengar pintanya!”
“Tapi,” saya melanjutkan sambil memastikan dia mencerna setiap kata,
“Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintaiNya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang berusaha menyempurnakan yang wajib dan menghidupkan yang sunnah; maka mungkin saja Allah akan berfirman
pada malaikatNya :
Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hambaKu ini terus meminta, terus berdoa, terus memohon. Aku mencintai doa-doanya. Aku menyukai kata-kata dan isak tangisnya. Aku menyukai khusyuk dan tunduknya padaKU. Aku menyukai segala puja dan puji yang disampaikannya untukKU. Aku tak ingin dia menjauh dariKu setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintai-Nya.”
“Oh ya?” matanya berbinar. “Apakah betul ini yang terjadi padaku?”
“Hemm… Pastinya..tentu aku tak tahu,” jawab saya sambil tersenyum.
dia terkejut. segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, “Aku hanya ingin kau berbaik sangka pada Allah.”
Dan dia tersenyum, seraya berkata,”Alhamdulillaah...”

Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

SEMUA TULISAN / ARTIKEL DALAM BLOG INI HANYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN ( IHTIBAR ) KARENA ORANG PINTAR ADALAH ORANG YANG MERASA DIRINYA BODOH SEHINGGA TIDAK BERHENTI MEMBACA DAN BELAJAR

 

Copyright © 2014 Nurulhuda Gorontalo - All Rights Reserved

Design By @OnaldBau