Pada suatu waktu, Rasulullah Saw berangkat ke mesjid. Setibanya beliau di pintu mesjid, terlihatlah syetan berada di dekat pintu.
Lalu beliau pun bertanya kepada syetan, “Hai Iblis, mengapa engkau berada di tempat seperti ini? Apa yang kau inginkan?”
Syetan itu menjawab, “Sebenarnya aku hendak masuk mesjid untuk menggoda orang yang sedang shalat. Namun niatku terhalang gara-gara lelaki yang sedang tertidur di dekat orang yang sedang shalat itu. Aku takut kepadanya.”
Rasulullah merasa heran dengan sikap syetan, “Mengapa engkau tidak takut dengan orang yang sedang shalat itu, tetapi justru takut pada lelaki yang sedang tidur di dekatnya?”
Syetan berkata, “Orang yang sedang shalat itu adalah orang yang bodoh, sangat mudah bagiku untuk menggodanya. Sedangkan orang yang tertidur itu adalah orang yang ‘alim (orang pintar / berilmu). Jika aku menggoda orang yang shalat itu, aku takut orang ‘alim akan terbangun dan memperbaiki shalat orang yang bodoh tersebut. Jika demikian terjadi, maka sia-sialah sudah usahaku untuk menipu daya.”
Masya Allah, ternyata inilah keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang bodoh. Orang yang berilmu jauh lebih baik dibandingkan orang yang tekun beribadah tetapi bodoh dan tidak mengetahui tata cara beribadah yang baik.
Rasulullah Saw memerintahkan umatnya baik muslimin maupun muslimat untuk menuntut ilmu. “Tuntutlah ilmu semenjak buaian (ayunan) sampai ke liang lahat”. Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yangdiperintahkan agama, meski sampai ke negeriChina. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
Di tengah gempuran arus globalisasi, peran orang tua menjadi sangat penting untuk mengarahkan anak-anaknya agar giat menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Namun, entah mengapa, ilmu agama –seperti tatacara shalat, zakat, puasa, haji, muamalah dll– seringkali dipandang sebelah mata. Padahal, ilmu agama adalah benteng yang kuat dalam rangka menciptakan generasi muda islami yang berkarakter. Seperti kata Albert Einstein, “Ilmu umum tanpa ilmu agama, seperti buta. Sedangkan ilmu agama tanpa ilmu umum, seperti lumpuh”. Sejatinya, ilmu umum dan ilmu agama hendaknya berjalan seiring dan selaras. Saling melengkapi satu sama lain. Otak yang cerdas tanpa dibarengi dengan akhlak yang baik akan menciptakan kerusakan. Korupsi merajalela, penipuan dengan berbagai macam cara, kejujuran yang terabaikan dan lain sebagainya. Maka, marilah kita memohon kepada Allah Swt agar senantiasa diberikan ilmu yang bermanfaat, berkah dan berguna dalam kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Amin..[i@R]
Lalu beliau pun bertanya kepada syetan, “Hai Iblis, mengapa engkau berada di tempat seperti ini? Apa yang kau inginkan?”
Syetan itu menjawab, “Sebenarnya aku hendak masuk mesjid untuk menggoda orang yang sedang shalat. Namun niatku terhalang gara-gara lelaki yang sedang tertidur di dekat orang yang sedang shalat itu. Aku takut kepadanya.”
Rasulullah merasa heran dengan sikap syetan, “Mengapa engkau tidak takut dengan orang yang sedang shalat itu, tetapi justru takut pada lelaki yang sedang tidur di dekatnya?”
Syetan berkata, “Orang yang sedang shalat itu adalah orang yang bodoh, sangat mudah bagiku untuk menggodanya. Sedangkan orang yang tertidur itu adalah orang yang ‘alim (orang pintar / berilmu). Jika aku menggoda orang yang shalat itu, aku takut orang ‘alim akan terbangun dan memperbaiki shalat orang yang bodoh tersebut. Jika demikian terjadi, maka sia-sialah sudah usahaku untuk menipu daya.”
Masya Allah, ternyata inilah keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang bodoh. Orang yang berilmu jauh lebih baik dibandingkan orang yang tekun beribadah tetapi bodoh dan tidak mengetahui tata cara beribadah yang baik.
Rasulullah Saw memerintahkan umatnya baik muslimin maupun muslimat untuk menuntut ilmu. “Tuntutlah ilmu semenjak buaian (ayunan) sampai ke liang lahat”. Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban yangdiperintahkan agama, meski sampai ke negeriChina. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
Di tengah gempuran arus globalisasi, peran orang tua menjadi sangat penting untuk mengarahkan anak-anaknya agar giat menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Namun, entah mengapa, ilmu agama –seperti tatacara shalat, zakat, puasa, haji, muamalah dll– seringkali dipandang sebelah mata. Padahal, ilmu agama adalah benteng yang kuat dalam rangka menciptakan generasi muda islami yang berkarakter. Seperti kata Albert Einstein, “Ilmu umum tanpa ilmu agama, seperti buta. Sedangkan ilmu agama tanpa ilmu umum, seperti lumpuh”. Sejatinya, ilmu umum dan ilmu agama hendaknya berjalan seiring dan selaras. Saling melengkapi satu sama lain. Otak yang cerdas tanpa dibarengi dengan akhlak yang baik akan menciptakan kerusakan. Korupsi merajalela, penipuan dengan berbagai macam cara, kejujuran yang terabaikan dan lain sebagainya. Maka, marilah kita memohon kepada Allah Swt agar senantiasa diberikan ilmu yang bermanfaat, berkah dan berguna dalam kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Amin..[i@R]
0 komentar :
Posting Komentar