Suatu saat Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali bertanya kepada murid-muridnya, “Apakah yang paling dekat kepada kita ?”. Murid-muridnyapun menjawab dengan jawaban yang berbeda-beda.Adayang menjawab ibu, ayah, isteri, teman karib dan lain-lain sesuai dengan pengalaman masing-masing tentunya.
Kata Imam Al-Ghazali: “ Jawaban kalian
tidak ada yang salah. Semuanya betul, setidaknya sesuai dengan yang
kalian rasakan. Tapi ada yang paling betul yakni kematian. Kematianlah
yang paling dekat kepada kita.”
Sedekat-dekatnya ibu kepada kita, pada
suatu saat akan jauh dari kita, akan berpisah dari kita dan ini pasti
terjadi yakni saat kematian menjemput salah satu antara kita atau ibu.
Demikian pula halnya dengan ayah, isteri, teman, pasti suatu saat akan
jauh dari kita. Namun kematian, kemanapun kita pergi, dimanapun kita
berada dan kapanpun waktunya senantiasa mengikuti kita. Firman Allah
dalam Al-Quran:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ
الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian
yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui
kamu, Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang Telah
kamu kerjakan”. (QS. Al-Jumu’ah: 8).
أَيْنَمَا تَكُونُوا
يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ وَإِنْ
تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَإِنْ
تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَذِهِ مِنْ عِنْدِكَ قُلْ كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ
حَدِيثًا
”Di mana saja kamu berada,
kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka
mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa
sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu
(Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka
Mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun?” (QS. An-Nisa: 78)
قُلْ لَا
أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ لِكُلِّ
أُمَّةٍ أَجَلٌ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً
وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
”Katakanlah: “Aku tidak berkuasa
mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku,
melainkan apa yang dikehendaki Allah”. tiap-tiap umat mempunyai ajal.
apabila Telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).”
(QS. Yunus: 49)
Hari Jum’at yang baru lalu (14/10/2011)
sekitar pukul 10.30 penulis mendapat sms yang isinya memberitahukan
bhawa salah seorang teman telah meninggal dunia. Innaa liaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Sepontan isi sms tersebut diteruskan ke teman-teman yang lain. Salah
seorang teman yang mendapat sms tersebut menelpon yang isinya berupa
pertanyaan seolah tak percaya kalau beliau telah wafat, ”masa sih, tadi
pagi saya bertemu dia, masih sehat kok?.”
Memang teman kami ini pagi hari Jum’at
itu masih ke pasar (karena beliau berjualan di pasar) dan dalam kondisi
sehat. Tapi tiba-tiba kepalanya merasa pusing, lalu pulang dan karena
khawatir maka beliaupun oleh keluarganya di bawa ke rumah sakit. Namun
masih dalam perjalanan menuju rumah sakit beliau telah tiada, telah
meninggalkan alam fana ini. (Semoga diterima iman dan Islamnya, diampuni
segala dosa dan kesalahannya dan mendapatkan tempat kenikmatan di sisi
Allah SWT. Amin).
Ini salah satu bukti bahwa kematian
sangat dekat dengan manusia dan siap menjemput siapa saja, kapan saja,
di mana saja dan dalam keadaan apapun. Tidak peduli dia sakit atau
sehat, kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, pejabat maupun rakyat
jelata, apabila maut telah datang tidak ada yang dapat menahan ataupun
mempercepatnya.
Oleh karena itu, ingatlah selalu akan
kematian dan janganlah sekali-kali melupakannya. Karena orang yang
selalu ingat mati akan senantiasa berusaha menjaga dan memperbaiki amal
dalam seluruh kehidupannya.
Rasulullah SAW memberikan tips kepada kita agar kita selalu ingat mati, sebagaimana salah satu sabdanya:
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ
بُرَيْدَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ،
فَقَدْ أُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِى زِيَارَةِ قَبْرِ اُمِّهِ. فَزُوْرُوْهَا
فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ. (تحفة الأحوذى بشرح جامع الترمذى، جز 4
ص135)
Artinya: Dari Sulaiman bin Buraidah,
dari Bapaknya, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: Dahulu saya pernah
melarang kalian berziarah kubur. Tapi sekarang, Muhammad telah diberi
idzin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang, berziaralah, karena berziarah kubur itu dapat mengingatkan kematian. (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas kita
dianjurkan (sunnah) berziarah kubur karena salah satu hikmahnya adalah
agar selalu ingat kematian. Dengan kata lain ziarah kubur dilarang
apabila didalamnya terkandung perbuatan syirik.
Wallaahu a’lam.
0 komentar :
Posting Komentar