Disarikan dari kitab “Shahifah as Shadiqiyyah”
Ketahuilah, tidak ada rangkaian berkah dan manfaat
yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan rangkaian berkah dan
manfaat yang akan tercurah kepada hamba yang menundukkan pandangannya.
Hal ini terjadi jika sang hamba memelihara agar pandangannya tidak
tertuju kepada sesuatu yang diharamkan serta tidak disukai Allah,
kecuali jika tajalli keagungan dan keindahan telah bersemayam dihati
hamba. (Maksud Imam adalah jika seorang hamba yang hatinya telah
dirahmati oleh Allah, maka meskipun pandangannya tertuju kepada hal-hal
yang tidak baik niscaya hal itu tidak akan mempengaruhi kondisi batin
sang hamba. Atau hamba itu melihat sesuatu yang haram dengan tujuan
untuk memperbaikinya. Misalnya saja jika seorang hamba melihat perempuan
yang membuka auratnya, namun hamba itu tidak tergoda malahan memberikan
nasihat kepada si perempuan itu yang dengan rahmat Allah perempuan itu
akan menjadi sadar)
Pemimpin kaum beriman, Imam Ali bin Abi Thalib
(Semoga kedamaian tercurah kepadanya) pernah ditanya apakah hal yang
dapat membantu kita memelihara pandangan, kemudian beliau berkata
“Memohon bantuan sambil menghinakan diri ke haribaan Dia Yang mengetahui
segala rahasiamu yang baik maupun yang buruk, serta senantiasa
mengawasimu.” Ketahuilah, sesungguhnya mata adalah pengawas hati dan
utusan akal, oleh karena itu peliharalah pandanganmu dari segala sesuatu
yang dapat mempengaruhi keimananmu, segala sesuatu yang tidak disukai
hatimu karena dapat merusaknya (hati), serta hal yang ditolak oleh akal
karena dapat mengganggu.
Sang Nabi suci (Semoga kedamaian tercurah atasnya dan
kepada keluarganya) bersabda, “Tundukkan (pelihara) pandanganmu,
niscaya engkau akan menyaksikan keajaiban-keajaiban spiritual.”
Allah Ta’ala Berfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya.”Allah Ta’ala Berfirman :
(Qur’an surah an Nur ayat 30)
Nabiyullah ‘Isa (semoga kedamaian tercurah atasnya) berkata kepada para pengikutnya, “Berhati-hatilah kalian dari memandang hal-hal yang dilarang, karena hal itu adalah benih-benih syahwat dan dapat menumbuhkan pohon kefasikan.”
Nabiyullah Yahya (semoga kedamaian tercurah atasnya) berkata, “Lebih baik aku mati daripada terlena dalam menyaksikan hal-hal yang buruk.”
Sahabat Abdullah bin Mas’ud pernah berkata kepada
seseorang yang matanya terbelalak ketika menjenguk seorang perempuan
yang sedang sakit, “Lebih baik engkau kehilangan matamu daripada melihat
seorang perempuan sakit dengan penuh syahwat.”
Setiap kali seseorang memandang hal-hal yang
dilarang, maka pada saat itu hasrat buruk terikat dihati dan
mengotorinya. Ikatan itu hanya bisa diputuskan oleh dua sebab, yang
pertama adalah tangis penyesalan dan bertaubat dengan sungguh-sungguh,
atau yang kedua adalah menyadari kesalahan perbuatannya dan menebusnya
dengan amal baik. Dan jika orang itu tidak sungguh-sungguh menyadari dan
menebus perbuatan buruknya, maka tempat kembalinya adalah neraka.
Sedangkan bagi mereka yang bertaubat dengan sungguh-sungguh maka
balasannya adalah dimasukkan kedalam taman kebahagiaan, di tempat yang
diridhai oleh Allah SWT.
0 komentar :
Posting Komentar