Oleh : Abu Hafidzh Al-Faruq
Kematian, seberapapun keras usaha manusia untuk menghaluskan kata tersebut seperti “berpulang ke rahmatuLLAH”,”telah ditinggal pergi”,”meninggal dunia”,”menghadap Sang Pencipta”,…
tetap saja tidak mampu mengurangi rasa yang sesungguhnya dari sebuah
kematian. Nyawa atau ruh adalah peluru yang sesungguhnya setelah
ditembakkan meninggalkan selongsongnya. Selebihnya adalah jasad, wadah
yang digunakan oleh ruh untuk berbuat di dunia. Kematian adalah pintu
masuk kealam barzah dari alam dunia, demikian kata ustadz yang suka
berpakaian serba putih itu dalam khutbahnya di TV.
Kematian
begitu menakutkan banyak orang (termasuk penulis sendiri), baik bagi
yang menghadapi kematian maupun yang ditinggal mati. Pertanyaannya
adalah apa sebenarnya yang membuat kematian itu begitu menakutkan? Mari
kita simak! Kalaulah anda lihat orang orang yang ditinggal mati bersedih
lalu berkata ‘tiada lagi tempat kami mengadu’ atau “dulu aku selalu ada
yang menemani, kini tinggal aku sendiri’, atau “bagaimana dengan
sekolahku, siapa yang akan membiayai?’ dan kalimat kalimat yang sejenis
maka ketahuilah bahwa sifat egois telah menguasai orang orang yang
ditinggal mati tersebut, dan memang seperti inilah kebanyakan yang kita
jumpai. Orang orang yang gembira terhadap kematian orang lain karena
berharap akan jatuhnya klaim asuransi juga digolongkan dalam kelompok
ini.
Apa
sebenarnya yang membuat orang yang menghadapi kematian begitu
menakutkan? Bagaimana reaksi perasaan anda ketika anda divonis mati oleh
hakim atau dokter? Mungkin anda pernah melihat bagaimana
terdakwa kriminal bersikap terhadap putusan ini? Atau seorang pasien
kanker ganas yang takkan terobati dan tinggal menunggu waktu maut
menjemput? Kenapa takut? Mereka gelisah, apa sebabnya? Makan tak sedap,
tidur tak nyenyak, hidup tak bergairah, sampai sampai seorang terpidana
mati yang baru baru ini dieksekusi menulis ‘bukan kematian yang aku
takutkan tapi menunggu keputusan yang sangat menyiksa’, sesungguhnya dia
juga takut mati karena yang dia tunggu adalah keputusan hukuman mati
atau tidak.Bisa jadi bagi mereka kehidupan di dunia sekarang adalah
segala-galanya, walaupun pengetahuan setelah kematian ada kehidupan lain
sudah dijejal ke otak mereka, sikap ketakutan akan kematian telah
memperlihatkan secara jelas siapa sebenarnya dirinya. Seperti pepatah
barat mengatakan “everyone wish to heaven, but no one willing to die (semua orang ingin masuk surga, tapi tidak ada seorangpun yang mau mati)”, ironis memang…
Atau
bagi yang merasa setelah kematian ada kehidupan, merasa amal
perbuatannya masih belum cukup alias masih banyak dosa dan sedikit
pahala. Apakah anda pernah menjadi saksi jiwa jiwa yang sedang sekarat,
mulut menganga mata melotot, nafas terhenti satu satu seperti tercekik?
Sebagian memang terlihat mengerikan dan anda takut karena teringat hal
hal yang menyeramkan saat tubuh merenggang nyawa, dan anda semakin takut
mereka-reka siksa kubur oleh Nunkar dan Nankir yang super dahsyat
menunggu anda, sampai kiamat untuk menerima azab sesungguhnya yang
abadi! Wow!!!
Pertanyaan
selanjutnya adalah kenapa kita semua tidak beralih kepada kematian yang
menyenangkan, menyenangkan bagi yang menghadapi kematian dan
menyenangkan bagi yang ditinggalkan. Lho kok bisa..?! Logikanya
sederhana, bukankah sebaiknya anda sesegera mungkin mati jika anda
mengetahui pada detik ini seluruh dosa dosa anda diampuni dan anda
dijamin masuk surga, sebelum anda melakukan dosa berikutnya? Apakah ada
orang orang yang memiliki riwayat mati menyenangkan? Para sahabat di
zaman Nabi yang berjihad untuk ALLAH tidak hanya senang mati, tapi
mereka memang mencari mati! Tapi tentu saja mereka tidak bunuh diri
dengan membiarkan tubuh mereka ditombak dipanah dibacok begitu saja oleh
musuh ALLAH. …dan kita juga mengetahui bahwa TUHAN menjanjikan surga
buat mereka.
Menyenangkan
bagi orang yang menghadapi kematian karena dia tahu bakalan masuk surga
dan menyenangkan bagi orang orang yang ditinggal mati karena tahu orang
yang mereka cintai masuk surga. Bagi mereka yang akan menjalani proses
sakratul maut juga tak perlu resah karena mati seperti orang yang
berangkat tidur, rebah dikasur lalu dengan sekali tarikan nafas panjang
langsung terlelap, bedanya cuma terlelap untuk selama lamanya.
Saya
mengajak anda bukan sebagai orang yang sudah berpengalaman, saya
mengajak anda karena hal tersebut masih sangat mungkin dicapai. Contoh
orang berjihad dengan Nabi adalah klasik dan jihad bukan satu satunya
jalan untuk mencapai Khusnul Khatimah apalagi jihad yang sekarang banyak
disangsikan. Mari kita menatap zaman di mana kita hidup sekarang.
Saudara
sekalian, orang sakit, terbunuh, tenggelam, kecelakaan lalu lintas,…
adalah alasan alasan agar TUHAN mencabut nyawa terdengar logis bagi
manusia. TUHAN bisa saja mencabut nyawa anda seketika ketika anda sedang
berdiri, duduk, berbaring apalagi sedang mengendarai mobil di lintasan
Formula One! Bahkan bagi orang sakitpun yang berusaha keras berobat untuk sembuh, kalau anda tahu ilmunya maka ‘tidak semua orang yang sakit harus sembuh!’
Maaf kawan, bukan saya tak hendak berbagi ilmu, mengutip kalimat Robert T. Kiyosaki dalam bukunya Guide To Investing dalam pendidikan dasar CashFlow-nya, saya ingin mengatakan bahwa “Ilmu ini tidak bisa dipelajari dengan membaca”.
Lalu
bagaimana agar mati bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan? GURU saya
mengatakan “Matikanlah dirimu sebelum engkau mati!”. Oh apakah ini
proses latihan? Maksudnya? GURUnya GURU saya (NENEK GURU) dalam sebuah
kesempatan saya dengar rekaman fatwaNYA mengatakan “Kalau engkau tidak
bisa berenang, kemanapun engkau pergi kau tak kan bisa berenang! Kalau
kau tak kenal Tuhan di dunia, maka diakhiratpun kau tak kenal Tuhan!”
Pelajarannya adalah ‘Kau tak akan masuk surga jika tak kenal yang punya
surga!’ masalahnya TUHAN diakhirat nanti adalah TUHAN di dunia sekarang.
Kesimpulannya, wajar saja kau takut mati dan atau ditinggal mati sebab
kau tak kenal Tuhan! NENEK GURU juga mengkritik para ustadz ustadz yang
mengatakan ‘shalatlah yang khusuk insya allah masuk surga’, masalahnya
adalah ustadz ustadz itu tidak mampu mengajarkan bagaimana yang dimaksud
dengan shalat yang khusuk. “Ajaran kok spekulatif dengan insya allah
masuk surga, kalau tidak, apa mau kembali ke dunia?” demikian kata NENEK
GURU saya. Bagi saudara saudara yang sangat yakin akan masuk surga
karena amal ibadah saudara, ketahuilah jika masuk surgapun anda bukan
karena banyaknya amal ibadah anda! Umatku tidak masuk surga karena
ibadahnya, melainkan karena Ridha ALLAH SWT, demikian hadisnya bung!
Jadi sebaiknya anda tidak usah menghitung-hitung pahala! Pertanyaan yang
timbul adalah bagaimana TUHAN meridhai anda jikalau anda berdua belum
saling mengenal?
Anda
akan merindui kematian bila anda mengenal TUHAN anda yang menjamin
seluruh dosa anda diampuni dan memastikan anda masuk surga! Saya
tambahkan GURU saya juga berucap “Orang orang berTUHAN yang mati
sesungguhnya tidaklah mati, mereka tetap hidup…”
Dilangit Tuan berkata, Dibumi Tuan bersabda
Dilangit Tuan bertahta, Dibumi Tuan menjelma
0 komentar :
Posting Komentar