Seorang
Syekh (Mursyid Thariqat) berceramah di depan para ulama dalam sebuah
acara. Ceramah Beliau berisi tentang kehebatan Al Qur’an ditinjau dari
segi ilmu metafisika eksakta. Diantara yang hadir termasuk salah seorang
yang sudah banyak sekali mempelajari tentang segala hal yang berhubungan dengan Islam, mulai dari
sejarah sampai kepada hokum-hukum Islam dan ayat-ayat Al-Qur’an sudah
hapal diluar kepala juga telah membaca ratusan kitab-kitab klasik dan
merasa dirinya sudah banyak tahu tentang agama dan menganggap ceramah
Syekh itu masih sangat rendah dibandingkan dengan ilmu yang dipelajarinya. Dalam hati orang yang sombong tadi berkata, “Kalau begini ceramahnya, aku sudah banyak tahu, lebih baik Syekh itu turun aja dari mimbar”.
Seorang
Syekh (Muryid) diberi kerunia oleh Allah SWT untuk mengetahui isi hati
orang lain dikarenakan hatinya telah bersih sehingga mampu menangkap
sinyal atau gelombang apa saja yang datang termasuk gelombang
kesombongan yang dipancarkan dari hati ulama itu. Tiba-tiba Tuan Syekh
berkata, “Sekarang aku mau cerita tentang gajah. Ada seoekor gajah yang
besar badannya. Suatu hari ada orang yang mau memberikan minum kepada
sekawanan gajah termasuk gajah yang besar tadi dengan memakai selang air
sebesar kelingking. Sang gajah protes, Bagaimana mungkin kami bisa
cukup minum dari selang yang kecil ini, untuk saya sendiri saja tidak
cukup”. Tuan Syekh tadi diam setelah ceritanya sampai kepada gajah besar
yang protes, tiba-tiba Beliau berkata sambil menunjuk ulama yang
sombong tadi, “Jangan kau sombong gajah, selang ini memang
hanya sebesar kelingking, akan tetapi selang ini tersambung langsung
dengan lautan yang sangat luas, seribu gajah sepertimu tidak akan
sanggup menghabiskan air ini”. Orang yang di tunjuk tadi
merasa tersindir dan malu, kemudian menyadari bahwa apa yang terlintas
dalam hatinya diketahui oleh Syekh, dan setelah acara ceramah ulama tadi
mendatangi Tuan syekh dan menyatakan diri ingin berguru. “Pandangan
mata batin tuan tajam sekali, saya mohon maaf atas kesombongan saya dan
mohon sudi kiranya tuan menerima saya menjadi murid”.
Seorang
Guru Mursyid kadangkala secara zahir nya sama seperti manusia lain
tidak terkecuali bentuk ceramahnya, akan tetapi setiap yang diucapkannya
memgandung Nur Ilahi yang tersambung langsung kehadirat Allah SWT lewat
“selang-Nya” sehingga apapun yang diucapkan oleh Guru Mursyid merupakan
ucapan Allah SWT.
Bagi
pengamal thariqat, tidak terkecuali saya sendiri, seringkali mengalami
hal-hal yang ajaib saat bersama Guru Mursyid. Bimbingan yang diberikan
oleh Guru Mursyid berbeda sekali dengan bimbingan yang diberikan oleh
Guru pada tataran syariat. Seorang Mursyid sangat mengetahui isi hati
dari muridnya, sehingga walaupun jumlah muridnya ribuan bahkan jutaan
pelajaran yang diberikan tidak sama.
Seringkali
Mursyid berceramah dan didengar lebih seratus orang, nanti ke-seratus
orang itu akan mengambil kesimpulan yang berbeda. Seorang Guru Mursyid
yang kamil mukamil bahkan membimbing dan menuntun muridnya secara 24
jam, zahir dan batin dan tidak mengenal tempat karena sesungguhnya
rohani dari Guru Mursyid itu telah larut kedalam zat dan fi’il Allah
sehingga seluruh gerakannya adalah gerakan Tuhan semata.
Seringlah
kita ucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas karunia yang tidak
terhingga yang telah memperkenalkan seorang kekasih-Nya kepada kita dan
lewat kekasih-Nya itu pula terbuka dengan lebar sebuah pintu yang
langsung berhubungan dengan Allah SWT.
Al-Qur’an
memberikan gambaran yang sangat lengkap tentang Para Guru Mursyid
sebagai orang-orang yang diberi izin oleh Allah SWT untuk membimbing
manusia ke jalan-Nya.
“Dan kami jadikan mereka ikutan untuk menunjuki manusia dari perintah kami dengan sabar serta yakin dengan keterangan Kami” (Surat Asajadah, ayat 24 juz 21).
“Mereka itulah orang yang telah diberi Allah petunjuk, maka ikutlah Dia dengan petunjuk itu” (Surat An Am ayat 10 juz 7)
“Barangsiapa
yang berjanji teguh dengan engkau (Dia) sebenarnya mereka telah
berjanji teguh dengan Allah, tangan Allah diatas tangan mereka” (Surat Al Fathu ayat 10 juz 26).
Guru
Mursyid membimbing murid-muridnya tanpa pamrih dan bukan semata-mata
mengharapkan harta, beliau membimbingnya dengan ikhlas tidak peduli
siapapun kita, dari mana kita berasal, anak siapa kita tetap akan
dibimbing oleh Beliau dengan kasih sayang dan penuh keikhlasan. Ini
digambarkan dalam al-Qur’an :
“Ikutilah orang yang tiada meminta upah kepadamu itu, karena mereka mendapat pimpinan yang benar” (Surat Yasin ayat 21 juz 23)
Semoga
kita semua diberi karunia oleh Allah SWT untuk menerima Nur Ilahi
sebagai sumber kebenaran hakiki lewat dada seorang Kekasih Allah yang
akan membimbing kita dari dunia sampai akhirat, Amien ya Rabbal ‘Alamin
SUBHANALLAH,,,
BalasHapus