Benda yang paling suci, paling tinggi, paling bercahaya, paling mulia, paling tinggi wujud maupun kedudukannya, dan paling luas adalah ‘Arsy Ar-Rahman jalla jalaluhu. Karenanya, Allah layak beristiwa’ di atas ‘Arsy. Dan setiap makhluk yang posisinya lebih dekat dengannya, menjadi makhluk yang paling bercahaya, paling suci, dan paling mulia bila dibandingkan dengan makhluk yang berada lebih jauh darinya. Oleh sebab itu, surga firdaus menjadi surga yang paling tinggi, paling mulia, paling bercahaya, dan paling agung, karena dia berada dekat dengan ‘Arsy, yaitu sebagai atapnya (sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat Bukhari, pen.).
Segala makhluk yang berada jauh darinya merupakan makhluk yang paling kelam dan paling sempit. Oleh sebab itu, (neraka) yang terletak paling bawah menjadi tempat yang paling jelek, paling sempit, dan paling jauh dari segenap kebaikan.
Allah telah menciptakan hati dan Allah jadikan tempat untuk mengenal-Nya, mencintai-Nya, dan menjadikan-Nya sebagai tujuan hidup. Itulah singgasana bagi sifat-sifat kemuliaan: mengenal-Nya, mencintai-Nya, serta menjadika-Nya sebagai tujuan hidup.
Allah Ta’ala berfirman,
لِلَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat,
mempunyai sifat yang buruk; dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi,
dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nahl: 60)Allah Ta’ala juga berfirman,
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ
أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ الأعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu
lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit
dan di bumi, dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. Ar-Rum: 27)Allah Ta’ala berfirman pula,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia.” (QS. Asy Syura: 11)Itulah sifat-sifat kemuliaan, yang bersemayam di hati orang yang beriman. Hati merupakan tempat bersemayamnya keyakinan terhadap sifat Allah. Jika hati tersebut bukan sesuatu yang paling bersih, paling suci, paling baik, dan paling jauh dari beragam kotoran maka dia tidak layak menjadi tempat bersemayam bagi sifat-sifat kemuliaan, baik itu ma’rifatullah (mengenal Allah), mencintai-Nya, maupun keinginan untuk bersama-Nya.
Hingga akhirnya, sifat-sifat keduniaan yang paling rendah, yang akhirnya bertakhta di sana, beserta kecintaan terhadapnya, keinginan merengkuhnya, dan keterikatan diri dengannya. Sehingga hati itu pun menjadi sempit, gelap gulita, dan berada jauh dari kesempurnaan dan kejayaan.
Hati bisa berubah menjadi dua keadaan:
- Hati yang menjadi singgasana Ar-Rahman; di dalamnya terdapat cahaya, kehidupan, kebahagiaan, suka cita, kegembiraan, dan gudang kebaikan.
- Hati yang menjadi singgasana setan; di sana terdapat kesempitan, kegelapan, kematian, duka lara, kekhawatiran, dan kegelisahan. Si pemilik hati merasa sedih atas masa lampau, merasa gelisah dengan hari esok, dan merasa khawatir dengan nasibnya di masa kini.
Cahaya yang memasuki hati adalah pengaruh dari sifat-sifat kemuliaan. Dengan sebab itu, hati menjadi lapang dan lega. Jika di dalamnya tidak tinggal ma’rifatullah dan cinta kepada-Nya, kegelapan dan kesempitan akan menggerogotinya.
Sumber:Al-Fawaid, hlm. 31—32, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Dar Al-Imam Malik, Aljazair.
0 komentar :
Posting Komentar