Home » » Tindakan Allah Terhadap Anak dan Keturunan Muhammad

Tindakan Allah Terhadap Anak dan Keturunan Muhammad

Written By NurulHuda on Senin, 20 Juni 2011 | Senin, Juni 20, 2011


Setelah Adam, diutuslah Nabi Syth dan kemudian Nabi Idris kepada umat manusia. Setelah Nabi Idris mangkat, bangkitlah di antara mereka 3 ulama yang selalu menasehati mereka. Kemudian 3 ulama itu pun wafat. Lama kelamaan, umat manusia menjadi rindu kepada 3 ulama dan kehadiran para Nabi dan Rasul. Akhirnya umat manusia itu pun sepakat untuk membuatkan 3 patung yang melukiskan ketiga ulama tersebut. Ketiga patung itu mereka jadikan monumen untuk pengingat akan semua nasihat baik, sekaligus untuk melepaskan rasa rindu mereka. Namun lama kelamaan, bentuk hubungan mereka dengan ketiga patung itu bergeser; dari sebagai pengingat ke media penyembahan.
Maka untuk pertama kalinya, muncullah berhalaisme / kemusyrikan di muka Bumi
Kepada kaum itulah Allah mengutus Nabi Nuh untuk memperingatkan mereka dan untuk mengembalikan mereka ke tauhid, mengesakan Allah dan tidak menserikatkanNya dengan yang lain.Saat Allah akan mengutus seorang RasulNya ke muka Bumi, sebenarnya terdapat suatu hal yang dilematis. Di satu pihak, seorang Rasul itu dibutuhkan untuk menyatakan keesaan dan kesucian Allah kepada umat manusia agar mereka tidak lagi menserikatkanNya dengan yang lain.

Namun di pihak lain, justru bisa jadi diri Rasul itu sendiri malah mencetuskan adanya kemusyrikan. Sebagai misal, tongkat dari sang Rasul, atau jubahnya, makamnya, anak-anaknya, mihrabnya – justru bisa menjadi objek sembahan umat manusia. .

Sepeninggalnya sang Rasul yang bersangkutan, bisa jadi kesemua hal itu menjadi media kemusyrikan bagi umat manusia di kemudian hari. Contoh kasus yang tepat adalah pada kisah Nabi Nuh yang dinukilkan di atas. Namun, bagi Allah hal itu tidaklah masalah, karena setelah mangkatnya seorang Rasul, akan ada Rasul berikutnya yang akan memberi peringatan…… kepada umat manusia jika saja mereka menjadikan peninggalan Rasul sebelumnya sebagai media kemusyrikan

Ya, itu tidak masalah bagi Allah. Namun bagaimana kalau seorang Rasul yang diutus, kebetulan adalah Rasul terakhir …..yang setelahnya tidak ada Rasul lagi yang akan memperingatkan manusia jika mereka menyembah peninggalan sang Rasul?

Ini baru masalah. Dan ini pasti menjadi masalah besar bagi Dunia tauhid

Inilah yang terjadi pada diri Muhammad karena ia adalah Rasul terakhir; …dan yang jelas ia pasti meninggalkan banyak peninggalan bagi umat manusia berikutnya. Kalau umat manusia akhirnya memusyrikkan peninggalan Muhammad, maka siapakah yang akan menginsafi mereka? Bukan kah tidak ada lagi Nabi sesudah Muhammad Saw yang akan memperingatkan manusia jika saja umat manusia itu mensyirikkan peninggalan peninggalan Muhammad Saw sebagai sesuatu yang dianggap dapat mendatangkan tuah di samping Allah Swt?

Sebagai perbandingan. Ibrahim meninggalkan anak-anak. Bisa jadi kemudian hari anak-anak itu menjadi objek sembahan manusia. Namun setelah Ibrahim, ada Ishmail dan Ishkak yang akan memperingatkan manusia untuk tidak menyembah anak-anak Ibrahim tersebut.

Muhammad saja diutus untuk memberi peringatan kepada bangsa Israel khususnya. Karena sudah menjadikan peninggalan Nabi Isa sebagai objek sembahan. Supaya mereka tidak menuhankan Isa atau apa pun, dan kembali mengesakan Allah.

Maka bagaimana dengan Muhammad? Tepatnya, bagaimana dengan umat manusia sepeninggal Muhammad Saw – jika umat Muhammad itu mensyirikkann (peninggalan) Muhammad Saw? Apakah mereka akan dibiarkan terkatung-katung dalam kemusyrikan karena tidak ada yang memperingatkan mereka? Bisa jadi umat manusia menuhankan anak-anak Muhammad atau harta peninggalannya. Seperti yang sudah dinyatakan oleh Muhammad dalam hadisnya,

“Janganlah kamu berlebih-lebihan mengenai aku seperti orang Israel terhadap Nabi Isa”

Untuk kasus ‘Paska Muhammad’ inilah, Allah sudah mengambil tindakan kontra terhadap kehidupan Muhammad demi memastikan bahwa umat manusia kelak sepeninggalnya tidak menyembah keturunannya, dengan cara menTIADAkan keturunannya di muka Bumi ini.

Tindakan PERTAMA.

Istri pertama Muhammad, Siti Khadijah, memberi Muhammad banyak anak

Sudah pasti anak-anak ini ‘kalau dibiarkan’ pasti akan memberi banyak cucu atau keturunan di tengah umat manusia setelah wafatnya Muhammad. Jika demikian, maka akan terbuka potensi yang amat besar bagi terjadinya kemusyrikan dengan keturunan Muhammad sebagai medianya.

Oleh karena itu, penting bagi Allah untuk mewafatkan anak-anak Muhammad sebelum mereka beranjak dewasa. Dengan demikian tertutuplah kemungkinan umat manusia untuk menyembah keturunan Muhammad di kemudian hari kelak

Semua anak Muhammad diwafatkan Allah, kecuali Fatimah (karena Allah ‘masih punya rasa peri kemanusiaan’ terhadap RasulNya)

Tindakan KEDUA.

Setelah Khadijah wafat, Muhammad pun menduda.

Yang dicatat sejarah kemudian adalah, bahwa Muhammad menikahi sekian wanita menopause yang sudah tidak bisa melahirkan anak. Ini sudah diatur Allah supaya Muhammad tidak lagi menghasilkan anak dalam pernikahan pasca Khadijah tersebut

Inilah alasan mengapa Muhammad berpoligami dengan nenek-nenek. Bukan karena Muhammad mempunyai selera yang menyimpang dalam hal wanita, atau bahwa Muhammad iba dengan janda-janda tersebut, atau sebab lainnya. Namun karena itu semua sudah didikte Allah supaya tidak ada lagi “anak Muhammad” yang berjalan di muka Bumi.

Tindakan KETIGA.

Biar bagaimana pun Muhammad adalah pria normal. Ia ingin juga merasakan menikahi wanita muda

Allah memahami hal ini. Memberi Muhammad wanita muda tentu saja berbahaya karena akan menghasilkan anak dari pernikahannya. Kebalikannya, kalau tidak mengabulkan keinginan Muhammad untuk beristrikan wanita muda adalah suatu kesia-siaan.

Oleh karena itu, tindakan yang diambil Allah adalah menikahkan Muhammad dengan Siti Aisyah sebagai jalan tengah.

Siti Aisyah dicatat dalam sejarah baru berumur 9 tahun saat dinikahi Muhammad. Jelas, sebagai istri Siti Aisyah tidak akan dapat memberi anak kepada Muhammad. Memang demikianlah yang diatur Allah. Dari pernikahan ini, sudah pasti Muhammad tidak akan beroleh anak

Inilah alasan mengapa Muhammad memperistri anak di bawah umur

Bukan karena Muhammad maniak sex / phaedophilia seperti yang dituduhkan kaum orientalis. Namun lebih karena Allah ingin memastikan bahwa tidak akan ada ‘anak Muhammad’ yang lahir dan berjalan di muka Bumi karena hal itu berarti bahaya bagi Dunia Tauhid

Tindakan KEEMPAT.

Dalam hidupnya, Muhammad mempunyai anak angkat yaitu Zaid

Dalam tradisi kala itu, adalah mungkin untuk menjadikan anak angkat sebagai anak kandung 100%. Ini berarti, ada ancaman bahwa kelak manusia akan menyembah Zaid dan keturunannya karena ia dianggap anak Muhammad

Oleh karena itu Allah harus mengambil tindakan preventif yang cukup fundamental.

Allah mengatur di mana Zaid tidak merasa cocok lagi dengan istrinya yaitu Zainab. Maka dicerikannya-lah Zainab itu. Berikutnya sejarah mencatat bahwa Zainab ini dinikahi Muhammad. Dengan kata lain, Muhammad menikahi wanita bekas istri anak angkatnya sendiri.

Allah mengaturnya demikian supaya timbul kesan bahwa Zaid dan Muhammad biar bagaimana pun bukanlah “ayah-anak” – melainkan dua manusia yang sejajar satu dengan yang lainnya sehingga jandanya bisa dinikahi, tidak seperti halnya anak-ayah

Hal ini amat ampuh bagi Dunia Tauhid di mana akibatnya Dunia tidak menganggap Zaid sebagai darah daging Muhammad. Inilah alasan mengapa Muhammad menikahi wanita bekas istri anak angkatnya sendiri

Orientalis menuduh bahwa Muhammad adalah maniak sex karena ‘melahap’ janda anak (angkat)-nya sendiri Namun orientalis tidak dapat menangkap efek positif di mana tidak ada satu individu Muslim yang menyembah Zaid sebagai anak Muhammad

Tindakan KELIMA.

Fatimah adalah satu-satunya anak Muhammad yang Allah biarkan tetap di sisinya sampai hari tuanya. Kelak Fatimah melahirkan si kembar yaitu Hasan dan Hussein dari pernikahannya dengan Ali ra. Bagi Allah, cukuplah si kembar menjadi penghibur RasulNya sebagai cucu Artinya, kalau Fatimah melahirkan cucu berikutnya, maka itu bukan ide yang baik bagi Allah dan Dunia Tauhid

Tindakan Allah kemudian yang dicatat sejarah adalah mewafatkan Fatimah secepat itu supaya tidak ada lagi cucu berikutnya bagi Muhammad. Sesuai dengan sabdanya,

“orang pertama dari Ahlul Baitku yang menyusulku adalah kau, Fatimah. Ini membuat Fatimah tersenyum”

Oleh karena itu, kehadiran Hasan dan Hussein sebagai cucu hanyalah untuk menghibur RasulNya, bukan untuk memberinya ijin berketurunan-banyak seperti individu lainnya

Tindakan KEENAM.

Muhammad wafat di usianya ke 63. Ia meninggalkan janda-janda.

Dalam salah satu risalahnya, Muhammad bertitah bahwa semua janda mau pun duda harus menikah lagi karena pernikahan adalah keutamaan dalam hidup. Implikasinya adalah, bisa jadi janda-janda Rasul akan dinikahi sepeninggalnya kelak. Artinya, bisa jadi Siti Aisyah, Zainab, Siti Maryam Alkubty dan lain lain yang merupakan janda Muhammad Saw akan dinikahi oleh pria lain dan kemudian akan melahirkan anak

Dikhawatirkan, anak-anak yang akan dilahirkan oleh janda-janda tersebut akan dianggap setara dengan ‘anak Muhammad’ karena janda-janda itu tadinya adalah istri Muhammad. ‘Anak Muhammad’ di Dunia ini berarti ancaman bagi kemurnian Dunia Tauhid

Oleh karena itu Allah harus mengambil tindakan fundamental mengenai hal ini Allah menurunkan ayat …

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka”. [33:6]

Mengapa Allah harus menurunkan ayat seperti ini?

Tidak lain sebagai tindakanNya supaya tidak ada individu mana pun yang menikahi janda-janda Muhammad …Karena Allah sudah mentabalkan mereka (janda-janda Muhammad tersebut) melalui 33:6 sebagai ibu-ibu kandung mereka; Islam menegaskan bahwa haram hukumnya menikahi ibu kandung

Tindakan KETUJUH.

Muhammad menjanjikan bahwa sepeninggalnya, Ali ra. lah yang harus menjadi pemimpin…melalui Alhaditsnya,

“barang siapa yang menjadikan aku sebagai walinya, maka Ali-lah walinya”

Ini menjadi sinyal bahwa kepemimpinan kaum Muslim setelah wafatnya Muhammad hanya boleh dipegang oleh Ahlul Bait, yaitu Ali dan keturunannya, melalui Fatimah. Inilah cikal bakal Syiah

Biar bagaimana pun, ini tidak adil. Pernyataan Muhammad ini tidak pernah dianggap sebagai dasar hokum. Namun hanya dianggap sebagai ekspresi sayang dan bangganya kepada keluarganya saja. Itu lumrah Seperti yang pernah ia nyatakan,

“sebaik-baik orang di antaramu adalah yang paling sayang kepada keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling sayang kepada keluargaku”

Namun pihak Ali (Syiah) menganggap titah Nabi itu sebagai dasar hukum. Maka berseberanganlah antara Sunni dan Syiah

Sunni melihat, kalau Ali ‘dibiarkan’ menjadi khalifah seperti titah Nabi itu, maka dikhawatirkan penyembahan manusia atas manusia akan benar-benar terjadi

Oleh karena itu pihak Sunni (diwakili Abu Bakar ra, Umar ra, Uthman ra dan lain lain) harus mengambil tindakan cepat untuk menghalangi naiknya Ali sebagai Khalifah

Setelah wafatnya Nabi, Abu Bakar diangkat sebagai Khalifah, bukannya Ali seperti yang dititahkan Muhammad. Setelah Abu Bakar mangkat, mereka pun segera mengangkat Umar. Setelah itu, mereka mengangkat Uthman

Tidak terbayang betapa kecewa pihak Ali karena semua orang mengkhianati titah Rasul

Barulah setelah Uthman, mereka bersedia mengangkat Ali. Tindakan ini hanya sebagai tindakan penyenang – supaya Ali merasa senang dan puas, bukan sebagai pernyataan dari pihak Sunni untuk membenarkan titah Muhammad Saw bahwa kepemimpinan Dunia sesudah waratnya Rasul harus dan hanya boleh dipegang oleh Ali dan keturunannya.

Namun tiba-tiba, terdengar kabar, bahwa nun jauh di sana, Muawiyah (kalangan Sunni juga) memaklumkan dirinya sebagai Khalifah

Maka terdapatlah dualisme kepemimpinan, antara kekhalifahan Ali dan kekhalifahan Muawiyah

Demi menjaga kesatuan umat, Ali pun bersedia turun dari jabatannya, namun dengan perjanjian: bahwa jika Muawiyah mundur atau mangkat, maka semua manusia sepakat mengangkat putra Ali (Hasan atau Hussein) sebagai Khalifah, karena itu adalah titah Nabi Muawiyah pun sepakat dengan perjanjian itu. Maka tenanglah Ali

Apa mau dikata, Muawiyah ingkar janji. Ia justru menobatkan putranya, Yazid, sebagai penerusnya. Bukannya menyerahkan tongkat kekuasaan umat kepada Hasan atau Hussein bin Ali. Untuk pertama kalinya, monarkhisme bangkit di tengah kaum Muslim yaitu kerajaan Muawiyah – Yazid Tidak terbayangkan rasa kecewa di pihak Ali (Syiah)

Secara sepihak, mereka menobatkan Hasan sebagai Khalifah, sebagai tandingan kekuasaan kekhalifahan Yazid, pengingkar janji. Maka terdapatlah dualisme kekuasaan: kekhalifahan Yazid vs kekhalifahan Hasan

Untuk mengatasi masalah dualisme ini, kedua kubu sepakat bertemu untuk bermusyawarah. Nah, di tengah padang pasir Karbala, kubu Yazid sudah menyongsong kubu Hasan dan Hussein. Yang terjadi kemudian adalah massacre (pembantaian) atas kelompok Hasan Hussein oleh kelompok Yazid. Hasan terpancung; Hussein berhasil melarikan diri.

Dapat dikatakan bahwa peristiwa ini adalah perang antara kelompok Sunni dan Syiah. Dan Sunni-lah pemenangnya. Peperangan atau kemenangan Sunni ini atau terjegalnya Syiah atau terbunuhnya cucu Rasul ini terjadi pada tanggal 10 Muharram

Mari kita lihat. Pada peperangan atau persengketaan ini, Allah ada di pihak mana? Sunni atau Syiah? Hal ini perlu dibuktikan, khususnya dalam pembahasan tindakan Allah terhadap keturunan Muhammad ini supaya tidak terjadi kemusyrikan

Peperangan itu terjadi pada tanggal 10 Muharram. 10 Muharram sendiri mempunyai arti penting dalam Islam Tanggal ini adalah tanggal di mana…

* Adam dan Hawa;
* Ibrahim dibebaskan dari kobaran api;
* Yusuf dibebaskan dari penjara….;
* Nuh dan pengikutnya selamat dari Banjir Besar,
* Musa membelah Laut Merah,
* Daud mengalahkan Jalut,
* Ayub sembuh dari sakitnya…
* Dan lain lain

10 Muharram adalah hari di mana Allah memenangkan umatNya dari kekalahan. Dengan kata lain, siapa yang merasa, terbukti, menjadi, menang pada tanggal ini, maka dapat dikatakan bahwa Allah berada di pihaknya

Di Padang Karbala ini terlihat bahwa kelompok Sunni yaitu Yazid MENANG melawan Syiahnya Hasan – Hussein. Maka dapat dikatakan, bahwa Sunni-lah yang mendapatkan keberpihakan Allah. Kebalikannya, Syiah menjadi kelompok yang ditentang Allah

Nah, tindakan KETUJUH dalam presentasi ini adalah, bahwa ……melalui peristiwa Padang Karbala 10 Muharam ini, Allah sudah mengambil tindakan untuk memberi sinyal dan visi penuh kepada umat Dunia bahwa … … kaum Muslim tidak mempunyai alasan untuk mengkultuskan keturunan Muhammad yaitu Ahlul Bait mau pun Syiah

Dengan berpihaknya Allah kepada Sunni ini (melalui peristiwa 10 Muharam di Padang Karbala), maka semua bentuk pemuliaan Ilahiah kepada keturunan Muhammad sudah dilenyapkan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam kajian ini adalah, bahwa …

Ketujuh tindakan yang diambil Tuhan terhadap keluarga dan keturunan Muhammad benar-benar membuktikan bahwa Muhammad adalah Rasul terakhir. Karena kalau bukanlah yang terakhir, maka pastilah Muhammad dibiarkan oleh Allah untuk mempunyai keturunan

Kesimpulan berikutnya adalah, bahwa kemanapun keturunan Muhammad pergi……tetap akan dikejar oleh takdir Allah demi mengamankan generasi umat manusia dari kemusyrikan

Memang biar bagaimana pun tetap ada warga keturunan Rasul itu di muka Bumi ini yang datang dari Hussein, cucu Rasul … namun toh keistimewaan mereka sebagai keturunan Rasul sudah dipancungi oleh KETUJUH tindakan Allah khususnya Peristiwa Karbala tersebut

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [33:40]

Penutup.

Dari pemaparan ini, terlihat jelas bahwa Allah Swt sangat konseptual ketika Dia memusatkan seluruh perhatianNya untuk menTIADAkan anak dan keturunan Muhammad Saw di muka Bumi ini: Allah Swt akan terus mengejar siapa pun yang mempunyai pertalian darah dengan sang Muhammad. Dan ini semua membuktikan bahwa Muhammad Saw memang RasulNya, dan sekaligus RasulNya yang terakhir.

Kalau lah Muhammad Saw bukan seorang Nabi, maka mengapa semua keturunannya tidak berumur panjang? Dan mengapa Muhammad menikahi wanita-wanita tua (yang tidak akan dapat memberinya anak), dan kemudian menikahi seorang wanita yang masih teramat muda yang tidak akan dapat memberikan anak untuk nya? Mengapa Muhammad menikahi istri dari anaknya sendiri yaitu Zaid?

Terdapat kisah yang amat menarik yang terjadi antara Muhammad Saw dengan kaum kafir Mekah kala itu.

Kaum kafir Mekah mendatangi Muhammad Saw, dan mereka berkata,

Wahai Muhammad, kalau kau ingin kekayaan yang melimpah, katakanlah. Maka kami akan memberikan semua kekayaan yang ada di Negeri ini untukmu.

Wahai Nabi, kalau kau ingin kekuasaan yang amat besar maka katakanlah. Maka kami akan mengangkat engkau menjadi Raja / penguasa di Negeri ini.

Wahai Muhammad. Kalau kau ingin mempunyai istri-istri perawan yang cantik yang ada di Negeri ini sebanyak yang kau inginkan, maka katakanlah. Maka kami akan menyerahkan semua gadis-gadis cantik yang banyak yang ada di Negeri ini untuk mu.

Asalkah engkau bersedia meninggalkan dakwahmu untuk menyebarkan Islam itu di Negeri ini.

Muhammad Saw pun menjawab,

Kalau pun seandainya matahari itu ada di tangan kananku …

Kalau pun seandainya rembulan ada di tangan kiriku ….

Niscaya aku tidak akan meninggalkan dakwah Islam ini, sampai kalimat Allah tegak di muka Bumi ini, atau AKU BINASA KARENANYA ….

Kisah ini menunjukkan kepada kita, kalau lah memang Muhammad seorang yang amat menyukai kehidupan yang “GILA-GILAAN”, pastilah itu semua sudah Muhammad dapatkan tanpa ada kesulitan sedikit pun. Namun kenyataannya berbeda. Muhammad Saw menolak mentah-mentah semua tawaran hidup yang amat menggiurkan tersebut.

Kita harus sampai pada kesimpulan, fakta bahwa Muhammad menikahi banyak wanita tua, dan menikahi gadis kecil yang bau kencur, dan menikahi istri dari anaknya sendiri, ternyata adalah bagian dari TINDAKAN Allah Swt supaya Muhammad Saw tidak meninggalkan keturunan di Bumi ini. Itu semua demi keamanan tauhid umat manusia. Dan sekaligus itu menandakan bahwa Muhammad Saw adalah Nabi terakhir. Kalau masih ada Nabi lagi sesudah Muhammad, maka sudah pastilah Allah membiarkan semua keturunan Muhammad hidup aman dan panjang umur di Dunia ini……generasi ke generasi ….

Wallahu Alam Bishawab

Semoga Allah swt melimpahkan Taufik dan HidayahNya kepada kita semua
Amin
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

SEMUA TULISAN / ARTIKEL DALAM BLOG INI HANYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN ( IHTIBAR ) KARENA ORANG PINTAR ADALAH ORANG YANG MERASA DIRINYA BODOH SEHINGGA TIDAK BERHENTI MEMBACA DAN BELAJAR

 

Copyright © 2014 Nurulhuda Gorontalo - All Rights Reserved

Design By @OnaldBau