Siapakah Sahabat Rasulullah Yang Dimandikan Oleh Malaikat? Memang jika kita membicarakan tentang pergorbanan para sahabat untuk islam dan Rasulullah, sudah tidak diragukan lagi. Mereka sanggup berkorban apa saja tak terkecuali nyawa. Salah satunya adalah seorang sahabat yang bernama Hanzalah yang pergi menyertai peperangan bersama Rasulullah SAW walaupun dirinya baru saja melakukan pernikahan.
Perkawinan Hanzalah bin Abu Amir dengan sepupunya, Jamilah binti Ubay sudah siap diatur. B, hari ertepatan dengan hari berlangsungnya acara pernikahan Hanzalah bertepatan dengan hari peperangan tentera Islam melawan musuh di Bukit Uhud.
Hanzalah bin Abu Amir mendekati Rasulullah s.a.w., dan berkata
“Saya akan menangguhkan acara pernikahan saya malam nanti ya Rasulullah.”
Pada saat itu, Nabi Muhammad s.a.w. dan sahabat-sahabat yang lain di kota Madinah sedang sibuk mempersiapkan untuk berperang.
“Tidak apa-apa, teruskan saja acara pernikahan ini,” kata Rasulullah s.a.w..
“Tetapi saya sungguh ingin ikut berperang bersamamu wahai Rasulullah, ” Hanzalah bersikeras.
Rasulullah s.a.w. memerintahkan supaya Hanzalah tetap meneruskan acara pernikahannya dan menyusul tentara Islam di Bukit Uhud pada keesokan harinya.
Akhirnya Hanzalah mengikuti perintah rasulullah untuk tetap melaksanakan acara pernikahannya tersebut, dan menyusul tetntara islam keesokan harinya. Pada malam Jumat yang hening, acara pernikahan antara Hanzalah bin Abu Amir dan Jamilah binti Ubay dilangsungkan secara sederhana. Suasana yang hening dan sunyi menyelimuti kota Madinah hingga hingga pagi gai.
Kota Madinah tiba-tiba dikejutkan dengan tabuhan gendang yang bertubi-tubi. Tabuhan gendang tersebut sontak mengejutkan para tetntara islam.
“Bersegeralah! Kita bersegera perangi musuh Allah.”
“Berkumpul segera! Keluarlah! Rebutlah syurga Allah!”
“Perang akan akan segera dimulai!”
Pukulan gendang dan seruan jihad itu mengejutkan pasangan pengantin yang baru sahaja dinikahkan. Hanzalah bangun dari tempat tidurnya, “Saya harus menyertai mereka.” kata Hanzalah kepada istrinya.
“Bukankah malam ini malam perkahwinan kita dan Nabi Muhammad mengizinkan kanda berangkat besok?” kata isterinya.
Hanzalah menjawab tegas, “Saya bukanlah orang yang suka memberi alasan bagi merebut syurga Allah.”
Jamilah terdiam dan hanya mampu memerhatikan suaminya bersiap memakai pakaian perang dan menyelipkan pedang ke pinggangnya. Hanzalah menoleh ke arah isterinya, “Janganlah bersedih, doakan saja kepergian saya saya semoga kami memperolah kemenangan.”
Suami isteri itu berpelukan dan bersalaman. Berat hati Jamilah melepaskan lelaki yang baru sahaja menjadi suaminya ke medan perang. Namun, Jamilah menguatkan hatinya dan merelakan kepergian suaminya. “Saya mendoakan kanda memperoleh kemenangan.” doa Jamilah sambil menangis.
Hanzalah melompat ke atas kudanya dan terus memacu kudanya tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. Akhirnya, dia bergabung dengan tentera Islam yang tiba lebih awal daripadanya.
Di medan perang, jumlah tentera musuh adalah tiga ribu orang dengan persenjataan lengkap, sedangkan jumlah tentera Islam hanyalah seribu orang. Perbedaan itu tidak membuat gentar tentera Islam termasuklah Hanzalah. Dia menghunus pedangnya menebas leher-leher musuh yang menghampiri dan saat itu dia berhadapan dengan Abu Sufyan, panglima tentara Quraisy pada waktu itu. Hanzalah menerkam Abu Sufyan seperti seekor singa lapar. Terjadilah pertarungan sengit antara Hanzalah dan Abu Sofyan, akhirnya Abu Sufyan sungkur ke tanah. Tatkala Hanzalah mengangkat pedang mau menebas leher Abu Sufyan, dengan sekuat tenaga panglima tentera Quraisy itu menjerit meminta tolong kepada tentara Quraisy. Tentera-tentera Quraisy menyerbu Hanzalah dan Hanzalah tewas, rebah ke bumi.
Setelah perang selesai, tentara Islam yang cidera diberikan perawatan. Setelah Mayat-mayat diidentifikasi berjumlah tujuh puluh orang. Nabi juga mengalami cidera dalam peperangan ini, beliau mengatakan sesuatu yang mengaketkan para sahabat, “Saya melihat para malaikat memandikan mayat Hanzalah dengan air dari awan yang diisikan ke dalam bekas perak.”
Abu Said Saidi, saat itu sedang berada dekat dengan Nabi Muhammad, bergegas mencari jenazah Hanzalah.
“Benar kata-kata Nabi Muhammad. Rambutnya masih basah bekas dimandikan!” Abu Said Saidi juga melihat ketenangan pada wajah Hanzalah walaupun beliau cedera parah di seluruh badannya. Rambutnya basah dan tetesan air masih mengalir di ujung rambutnya padahal ketika itu matahari sedang terik menyengat.
Demikianlah Kisah Sahabat Rasulullah Yang Dimandikan Oleh Malaikat, semoga kita bisa mencontoh semangat para sahabat dalam membela ajaran islam dalam kehidupan kita sehari-hari kita. Sekian Wassalamualaikum.
0 komentar :
Posting Komentar