Home » » Antara Kearifan dan Kesombongan

Antara Kearifan dan Kesombongan

Written By NurulHuda on Minggu, 05 Mei 2013 | Minggu, Mei 05, 2013



Suatu hari ketika Sahabat Ali sedang berada dalam pertempuran, pedang musuhnya  patah  dan  orangnya  terjatuh. Ali berdiri di atas musuhnya itu, meletakkan pedangnya ke arah dada orang itu, dia berkata. "Jika  pedangmu  berada  di  tanganmu, maka aku akan lanjutkan pertempuran ini, tetapi karena pedangmu patah,  maka aku tidak boleh menyerangmu."
"Kalau   aku  punya  pedang  saat  ini,  aku  akan  memutuskan tangan-tanganmu dan kaki-kakimu," orang itu berteriak balik.
"Baiklah  kalau  begitu,"  jawab  Ali,  dan  dia  menyerahkan pedangnya ke tangan orang itu.
"Apa  yang  sedang kamu lakukan", tanya orang itu kebingungan. "Bukankah saya ini musuhmu?" Ali memandang tepat di matanya dan  berkata,  "Kamu  bersumpah kalau  memiliki  sebuah  pedang  di  tanganmu,  maka kamu akan membunuhku. Sekarang kamu telah memiliki pedangku, karena  itu majulah  dan  seranglah  aku".  Tetapi  orang itu tidak mampu. "Itulah kebodohanmu dan kesombongan berkata-kata," tandas Ali.
"Dalam  agama  Allah tidak ada perkelahian atau permusuhan antara kamu dan aku. Kita bersaudara. Perang  yang  sebenarnya adalah  antara  kebenaran  dan  kekurangan kebijakanmu. Yaitu antara kebenaran dan dusta. Engkau dan aku sedang  menyaksikan pertempuran itu. Engkau adalah saudaraku. Jika aku menyakitimu dalam    keadaan    seperti ini, maka aku harus mempertanggung jawabkannya   pada   hari   kiamat.  Allah  akan mempertanyakan hal ini kepadaku." "Inikah cara Islam?" Orang itu bertanya.
"Ya," jawab Ali. "Ini adalah firman  Allah,  yang  Mahakuasa, dan Sang Unik."
Dengan  segera,  orang  itu bersujud di kaki Ali dan memohon. "Ajarkan aku syahadat."
Dan Ali pun mengajarkannya,  "Tiada  tuhan  melainkan  Allah. Tiada yang ada selain Engkau, ya Allah."
Hal  yang  sama  terjadi  pada  pertempuran  berikutnya.  Ali menjatuhkan lawannya, meletakkan kakinya di  atas  dada  orang itu  dan  menempelkan  pedangnya  ke  leher  orang itu. Tetapi sekali lagi dia tidak membunuh orang itu.
"Mengapa kamu tidak membunuh aku?" Orang itu berteriak  dengan marah. "Aku adalah musuhmu. Mengapa kamu hanya berdiri saja?, Dan dia meludahi muka Ali.
Mulanya Ali menjadi marah,  tetapi  kemudian  dia  mengangkat kakinya  dari dada orang itu dan menarik pedangnya. "Aku bukan musuhmu",  Ali  menjawab.  "Musuh   yang   sebenarnya   adalah sifat-sifat  buruk  yang  ada  dalam  diri kita. Engkau adalah saudaraku,  tetapi  engkau  meludahi  mukaku.  Ketika   engkau meludahi   aku,   aku  menjadi  marah  dan  keangkuhan  datang kepadaku. Jika aku membunuhmu dalam keadaan seperti itu,  maka aku  akan  menjadi seorang yang berdosa, seorang pembunuh. Aku akan menjadi seperti semua orang yang kulawan. Perbuatan buruk itu  akan  terekam  atas  namaku.  Itulah  sebabnya  aku tidak membunuhmu."
"Kalau begitu tidak ada pertempuran antara kau dan aku?" orang itu bertanya. "Tidak.  Pertempuran  adalah  antara kearifan dan kesombongan. Antara kebenaran dan kepalsuan". 'Ali  menjelaskan  kepadanya. "Meskipun   engkau  telah  meludahiku,  dan  mendesakku  untuk membunuhmu, aku tak boleh."
"Dari mana datangnya ketentuan semacam itu?" "Itulah ketentuan Allah. Itulah Islam." Dengan segera orang itu tersungkur di kaki 'Ali dan  dia  juga diajari dua kalimat syahadat.
Share this article :

0 komentar :

Posting Komentar

SEMUA TULISAN / ARTIKEL DALAM BLOG INI HANYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN ( IHTIBAR ) KARENA ORANG PINTAR ADALAH ORANG YANG MERASA DIRINYA BODOH SEHINGGA TIDAK BERHENTI MEMBACA DAN BELAJAR

 

Copyright © 2014 Nurulhuda Gorontalo - All Rights Reserved

Design By @OnaldBau